Tiga Film yang Membekasi Hati Sepanjang Hidup

Selamat datang di blog Aset Mamak

Hello everyone, bagaimana malam minggu kalian? Dihabiskan buat apa nih? Boleh lho dishare ke saya. Adakah di antaranya melewati dengan menonton film? Hehehe,  jika membahas film, memang selalu menarik. Tiap tahun ada saja film-film yang keren untuk disimak.

Menonton film bisa memberikan efek edukasi, selain penghiburan yang ditampilkan biasanya dalam adegan ataupun isi cerita suka terselip hikmah yang sarat akan makna kehidupan.

Hmm... setuju? Setuju saja deh. (Saya pemaksa banget orangnya) :D

Jika ditanya film apa yang paling benar-benar berkesan, mungkin sampai mati pun saya tidak akan bisa menjawabnya, bagi saya, setiap film yang sudah tertonton selalu memiliki kesannya tersendiri. Ia memiliki tempat eksklusif di dalam hati. Dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.



A Moment to Remember ini adalah film buatan negeri ginseng yang mengisahkan kisah cinta super menyedihkan. Diawali dengan pertemuan yang tak disengaja di sebuah mini market. Kesan pertama bertemu, tokoh wanita begitu tidak suka. Cenderung sebal, lantaran merasa minuman kalengnya dicuri tokoh laki-laki.
Kisah pun berlanjut, ternyata laki-laki tadi adalah pekerja proyek Papanya. Karena beberapa hal terjadi di antara mereka, singkat cerita keduanya saling jatuh cinta.
Hmm. Klise banget!!!
Tetapi yang membuat saya berkesan ada dalam kisah selanjutnya. Setelah mereka melewati berbagai hambatan, proses panjang kemudian menikah, kehidupan keduanya tidak lantas berakhir. Tidak lantas happy ending ever after. Justru kehidupan sesungguhnya baru saja dimulai.
Tokoh utama wanita menderita penyakit mematikan yang tidak ada obatnya. Hari demi hari dilewati dengan perasaan tak ingin merepotkan suaminya. Ia berencana pergi diam-diam.

Well, biar bagaimanapun seseorang menyembunyikan sesuatu lambat laun bakal ketahuan juga. Ketika suaminya tahu sang istri menderita alzheimer--penyakit yang mengikis memori otak, perlahan-lahan penderitanya akan melupakan segala hal yang pernah dialami--dia berusaha keras membantu. Sayang, pada akhirnya sang istri tetap tidak mengenali diri sendiri, apalagi suaminya. Seperti bayi yang baru lahir. Semua kenangan yang pernah dilewati hilang begitu saja. Hiks! Hiks! Hiks!
Saya seorang pelupa parah. Kadang pun terbesit pikiran, bagaimana apabila penyakit itu menyerang saya? Apa yang akan kemudian terjadi terhadap orang terdekat saya, apakah mereka tetap mau menerima keadaan tersebut, atau justru pergi.


Film kedua yang mengesankan bagi saya adalah My Name is Khan. Bollywood nih. Bukan sembarang Bollywood film yang dibintangi Shah Rukh Khan ini mengangkat tema tentang Islam dan terorisme. Bercerita tentang Rizwan Khan yang menderita sindrom asperger yang mengakibatkan tumbuh kembangnya tampak berbeda dengan anak-anak lain. Namun Tuhan dalam hal ini sutradara menciptakan keadilan pada Khan, meski berkekurangan ia juga memiliki kelebihan dalam memperbaiki benda-benda.
Beranjak dewasa Khan mulai pindah tempat tinggal di Amerika, di sana ia bertemu dengan Mandira, diperankan oleh Kajol saat bekerja sebagai sales kosmetik. Keduanya kemudian menikah dan memiliki satu anak.
Dan bagian terbaik dari film ini adalah saat Khan beserta keluarga mengalami berbagai hambatan dan diskriminasi dikarenakan memiliki nama belakang Khan yang merujuk agama Islam, lalu dengan segala konflik yang terjadi, Khan berhasil membuktikan bahwa Islam adalah agama yang cinta damai. Tidak seperti apa yang mereka tuduhkan. Hiks! Waktu menonton ini saya menitikan air mata di beberapa part. Terutama saat Khan melakukan salat sendirian di hamparan tanah yang sepi. Sempat juga berkata dalam hati, "Wah, semua muslim pasti menangis kalau nonton ini."

Hehehe.



Selanjutnya The Hunger Games. Ini film keren banget. Beneran. Mengisahkan dunia yang bersetting entah di mana dan tahun berapa saya tidak tahu. Tetapi konsep yang disajikan dalam film ini sangat saya suka.
Jadi dalam film ini dibagi menjadi 12 distrik. Dibintangi oleh Jennifer Lawrence dan Josh Hutcherson, menjadi peserta The Hunger Games perwakilan Distrik 12 bertarung sampai mati melawan sesama peserta dari distrik lain.
Tidak hanya menonton film The Hunger Games saja, saya pun membaca dalam bentuk novel karya Suzanne Collins tersebut. Dan pertarungan terus berlanjut dalam novel selanjutnya yang juga difilmkan dengan judul yang sama. Catching Fire dan Mocking Jay. Tetapi tetap yang paling berkesan adalah The Hunger Games.
Yah, begitulah. Itu saja ulasan saya kali ini.

#10DaysKF
#10DaysChallengeKampusFiksi
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar